ARIP ZAENAL HIKMAT - STAI AL KARIMIYAH KAMPUS C KOTA BOGOR

Blog ini disediakan sebagai sarana untuk mendekatkan mahasiswa dengan pengajar STAI Al Karimiyah Kampus C Kota Bogor. Dengan harapan melalui blog ini staf pengajar dapat menyampaikan bahan kuliahnya yang dengan mudah dapat diakses oleh mahasiswa dan staf pengajar dapat menerima komentar tentang materi tersebut dari mahasiswa khususnya dan pembaca lain pada umumnya.

Senin, 08 Desember 2008

TUJUAN INSTRUKSIONAL

PENDAHULUAN
Untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran yang diharapkan, pemahaman taksonomi tujuan atau hasil belajar menjadi sangat penting bagi seoarang guru. Dengan pemahaman ini guru akan dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas apakah tujuan intruksional pengajaran yang diasuhnya lebih bersifat kognitif, dan mengacu kepada tingkat intelektual tertentu, atau lebih bersifat afektif atau psikomotorik.
Perumusan tujuan instruksional yang jelas, terukur dan dapat diamati menjadi semakin penting untuk dapat menentukan apakah suatu proses belajar mengajar mencapai tujuan atau tidak. Menurut Atwi Suparman dalam buku Desain Instruksional, Tujuan instruksional dirumuskan menggunakan cara sebagai berikut :
  1. menyebutkan “pelaku/audience” dalam hal ini adalah siswa.
  2. menyebutkan kompetensi atau perilaku akhir yang diharapkan dapat dilakukan siswa dengan menggunakan kata kerja yang opersional.
Contoh :
  • Siswa dapat melafalkan huruf Hijaiah dengan benar
  • Siswa dapat menunjukkan contoh-contoh perilaku rendah hati
Dalam menentukan dan merumuskan tujuan instruksional, guru seringkali membatasi dirinya hanya menggunakan keterampilan atau kemampuan berfikir yang rendah, seperti kemampuan mengingat (recall). Contoh tujuan instruksional yang berorientasi pada ingatan ini misalnya “menyebutkan difinisi ......” dan semacamnya. Sedangkan kemampuan berfikir yang lebih tinggi, seperti “menjelaskan hubungan dan pengaruh ..... “ jarang digunakan.
Disamping itu, guru juga lebih banyak menggunakan tujuan yang bersifat kognitif atau psikomotorik dibandingkan yang bersifat afektif. Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut guru perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan instruksional.
Taksonomi tujuan instruksional diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
perlu adanya kejelasan terminologi yang digunakan dalam tujuan instruksional sebab tujuan instruksional berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan menentukan perilaku yang dianggap sebagai bukti hasil belajar.
sebagai alat yang akan membentu dosen dalam mendeskripsikan dan menyusun tes, teknik penilaian dan evaluasi.

Kawasan Tujuan Instruksional
Taksonomi tujuan instruksional membagi tujuan pendidikan dan instruksional ke dalam tiga kelompok, yaitu yang bersifat :
  1. Kognitif, tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berfikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu “mengingat”, sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah (problem solving) yang menuntut mahasiswa untuk memecahkan masalah tersebut. Sebagaimana disebutkan sebelumnya tujuan kognitif ini paling sering digunakan dalam proses instruksional.
  2. Afektif, tujuan afektif yang berhubungan dengan “perasaan”, “emosi”, “sistem nilai” dan “sikap hati (attitude)” yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu ”memperhatikan suatu fenomena” sampai dengan yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Dalam literatur tujuan afektif ini disebutkan sebagai : minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai, serta kecenderungan emosi.
  3. Psikomotor, tujuan psikomotor berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Dalam literatur tujuan ini tidak banyak ditemukan penjelasannya, dan biasanya dihubungkan dengan “latihan menulis”, berbicara, berolahraga, serta pelajaran yang berhubungan keterampilan teknis.
PENJELASAN TEORITIS

1. Taksonomi Tujuan Kognitif Menurut Bloom
Taksonomi Bloom (1956) sangat terkenal di Indonesia, bahkan tampaknya yang paling terkenal dibandingkan dengan taksonomi lainnya. Taksonomi Bloom mengelompokkan tujuan kognitif kedalam enam kategori. Keenam kategori ini mencakup kompetensi keterampilan intelektual yang sederhana (tingkat pengetahuan) sampai dengan yang paling kompleks (tingkat evaluasi).
Keenam kategori ini diasumsikan bersifat hierarkis, yang berarti tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai hanya apabila tujuan pada level yang lebih rendah telah dikuasai.


PENGETAHUAN
* Mengingat
* Menghafal

PEMAHAMAN
* Menerjemahkan
* Menginterpretasikan
* Menyimpulkan

PENERAPAN
* Menggunakan konsep prinsip, dan prosedur untuk memecahkan masalah

ANALISIS
* Memecahkan konsep menjadi bagian-bagian
* Mencari hubungan antar bagian

SINTESIS
* Menggabungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan

EVALUASI
* Membandingkan nilai-nilai, ide-ide, metode dsb. dengan standar


2. Taksonomi Tujuan Psikomotor Menurut Harrow
Tujuan instruksional kawasan psikomotor dikembangkan oleh Harrow (1972). Taksonomi Harrow ini juga menyusun tujuan psikomotor secara hierarkis dalam lima tingkat, meniru sebagai yang paling sederhana dan naturalisasi sebagai yang paling kompleks.

NATURALISASI
* Melakukan gerak secara wajar dan efisien

PERANGKAIAN
* Merangkaikan berbagai gerakan secara berkesinmbungan

KETEPATAN
* Melakukan gerak dengan teliti dan benar

PENGGUNAAN
* Menggunakan konsep untuk melakukan gerak

PENIRUAN
* Menirukan gerak yang telah diamati


3. Taksonomi Tujuan Afektif Menurut Krathwohl, Bloom dan Masia.
Krathwohl, Bloom dan Masia (1964) mengembangkan taksonomi tujuan yang berorientasikan kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkahlaku. Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam 5 kelompok.

PENGAMALAN
• Internalisasi nilai-nilai men-jadi pola hidup

PENGORGANISASIAN
• Menghubung-kan nilai yang dipilih dengan sistem nilai yang ada
• Mengintegra- sikan nilai-nilai tersebut ke dalam hidupnya

PENGHARGAAN TERHADAP NILAI
• Menerima ni-lai-nilai, setia kepada nilai- nilai
• Memegang teguh nilai- nilai

PEMBERIAN RESPON
• Aktif hadir
• Berpartisipasi

PENGENALAN
• Ingin menerima
• Ingin menghadiri
• Sadar akan suatu situa- si, objek, fenomena


4. Integrasi Tujuan Kognitif dan Afektif dalam Pembelajaran
Sebagaimana disebutkan pada bagian pendahuluan, dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara unsur kognitif dan afektif dalam diri siswa. Sikap yang apriori terhadap suatu konsep atau prosedur kerja dapat menjadi hambatan bagi tercapainya tujuan kognitif. Sebaliknya, untuk mengubah suatu sikap atau mengadopsi suatu nilai, siswa juga memerlukan pemahaman yang sifatnya kognitif. Dalam proses pembelajaran tertentu aspek kognitif dan afektif merupakan dua sisi mata uang yang perlu ada.


1 Komentar:

Pada 11 Maret 2009 pukul 15.43 , Anonymous Anonim mengatakan...

Alangkah lebih sempurnanya jika ada daftar rujukan/ referensi yang telah digunakan.


mustsandi.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda